Lagi embuh ki

 Ada beberapa tawaran untuk kukerjakan. Tidak tahu apakah itu peluang atau mungkin ancaman.

Peluang jika itu menghasilkan meskipun tidak berupa materi. Bisa berupa sedekah, pembelajaran buatku, banyak hikmah dari peluang tersebut.

Ancaman jika ada yang merasa tidak mendapat perhatianku secara utuh bisa suami, anak atau anggota keluarga yang lain. Misalnya anak jika biasanya waktu bersamanya aku bisa fokus benar-benar hadir hati dan jiwa ku serta pikiran ku tapi semuanya terbagi karena memikirkan apa yang sedang aku kerjakan (yang ditawarkan tadi)

Ah.. aku galau gaess. Di satu sisi tawaran-tawaran itu merupakan langkah nyata buatku berkembang. Tapi disisi lain aku juga tidak bisa egois dengan mengesampingkan keinginan anak supaya aku membersamai ya.

Kadang aku berpikir apakah yang aku lakukan ini benar atau tidak. Mungkin bukan masalah benar atau tidak ya tapi seperti pertanyaan harus kah aq berkembang .. apakah keluarga aku nomer duakan ataukah kebutuhan anak akan kehadiranku terabaikan.

Nah lho 

Lalu bagaimana aku harus bersikap karena kadang menjadi "penumpang" itu manut saja. Pekerjaan domestik.. manajemen waktu.. pekerjaan rumah alias PR yang belum terselesaikan. Seharusnya memang aku membuat kandang waktu tapi balik lagi apa aku bisa mengatur sedangkan me just passanger alias menumpang 🤭

Jadi pengaturan waktu kadang terbentur dengan kenyataan yang hanya sebagai penumpang.

Ingin sebenarnya bisa berdampak meskipun hanya dirumah saja. Bisa menghasilkan hanya dengan stay at home. Sekali ini malah terbenttur dengan strategi marketing.

Jualan online Alhamdulillah meskipun ambil keuntungan tidak banyak tapi Alhamdulillah Allah gerakkan beberapa orang untuk bersedekah kepada ku dengan menjadi pembeli di tempatku.

Dunia menulis memang baru buatku. Apalagi ada tawaran menjadi editor meskipun hanya di grup 1 saja tapi sebenarnya itu suatu prestasi.

Makanya kesempatan seperti itu tuh sebenarnya peluang atau ancaman. Apa lagi aku ada keraguan tidak bisa mengemban amanah dengan baik karena terbentur dengan peran-peranku yang lain.

Intinya sih aku tidak mau juga jika kebutuhan anak akan hadirku secara utuh berkurang atau anakku merasa kuabaikan. 

Sebenarnya saat ini memang butuh pekerjaan yang menghasilkan tapi balik lagi mending bertanya sama Allah.. libatkan saja Allah.. karena Allah sebaik-baik perencana buat ku. Semoga Allah selalu cukupkan, membuka Rizqi dan membiayai sekolah anakku sampai dia lulus S3  dan menjadi imam besar Masjidil Haram.. aamiin aamiin 🤲🏻

Untuk customer kuserahkan Allah yang menggerakkan mereka untuk membeli tempatku atau yang lain intinya Rizqi kan Allah juga yang mengatur .. bismillahirrahmanirrahim







0 komentar