Kulawan dengan Cinta-Nya

Satu tahun lebih pandemi virus covid 19 mewabah tidak hanya di negara tercinta ini tetapi juga seluruh dunia. Semua merasakan sakit yang sama meskipun dengan luka yang berbeda. Ada yang merasakan sakit fisiknya dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis, ada juga sakit secara mental, begitu pula sakit karena ekonomi dan kehidupan yang meranggas seperti di musim kemarau yang merindukan tetesan hujan. 

Semua terdampak. Tidak kaya tidak miskin bahkan pemimpin negara ataupun pemuka agama. Banyak tenaga medis yang gugur sebagai pahlawan kesehatan dan ada beberapa pula pemuka agama yang meninggal setelah berjuang melawan virus covid yang memasuki tubuh. 

Selain di dunia kesehatan yang berlomba dan berpacu dengan waktu serta tenaga dan biaya untuk segera menemukan obat ataupun vaksin; dunia perekonomian, pendidikan, pariwisata dan kehidupan pun berubah menjadii new normal dimana semua orang mau tidak mau, suka tidak suka harus menerima pola hidup baru. 

Di saat sudah berusaha bangkit, menerima perubahan dengan angkuhnya muncullah varian baru si covid ini. Astaghfirullah. Dampaknya ternyata lebih dahsyat dibanding sebelumnya. Rumah sakit penuh dengan pasien yang terkena covid, oksigen sangat dibutuhkan, obat pun menjadi barang langka. Harganya pun melambung tinggi. Pasien yang positif terus meningkat. Ya Allah 😭. 

Akibatnya pemerintah menarik rem darurat dengan PPKM di semua daerah yang berzona hitam dan merah. 

Dampak semua itu pun sangat berpengaruh di kehidupan keluarga kecilku. Toko Barokah tempat dimana kami menggantungkan hidup tidak boleh dibuka selama PPKM. Jadi tabunganpun sedikit demi sedikit terkikis untuk memenuhi kebutuhan dapur, listrik serta biaya pengobatan ibu.

Setelah PPKM kedua, ternyata dua pegawai resign karena memang semua butuh menafkahi keluarganya. 

Aku terpuruk, sedih, meratap, menangis tetapi dalam diam. Mulut terkunci rapat dari keluhan di depan ibu. Yap. Kami memang menumpang di pondok mertua indah dengan niat untuk menemani mereka di masa tuanya.

Hariz, suamiku tercinta mendekatiku. Dia tahu kesedihanku meskipun dalam diam. 

"Dik, kita harus kuat. Semangat. Ingat Allah tidak akan meninggalkan kita.' kata Hariz.

'Mas, Aku sebenarnya tidak masalah. Kumemikarkan ibu. Beliau tidak boleh tahu keadaan kita sekarang karena jika tahu akan menambah pikirannya," kataku sambil menahan airmata supaya tidak tumpah, "kalau kita tidak seatap begini aku cuek makan dengan garam juga. Ibu selalu menanyakan mana lauk buat Hariz, buatnya. Jadi mau tidak mau setiap hari harus ada lauk berprotein hewani."

"Iya Aku tahu, Dik. Mas akan mencoba mencari pekerjaan sebagai ojek online juga tidak apa-apa. Kudengar masih ada lowongan." 

Kupeluk suamiku dan kubisikkan bahwa Allah Maha Kaya dan Allah menjamin rejeki setiap hamba-Nya.

Aku pun mendekati-Nya, memohon ampunan-Nya. Allah tahu kulebih kuat, Allah sayang makanya dikasih ujian, Allah rindu dengan rintihan dan ratapanku juga ratapan dari semua hamba-Nya.

Allah sebaik-baik pemilik rencana. Aku memang membutuhkan tangan untuk bangkit dan kail untuk menjaring rizqi-Nya. Melalui beberapa teman Allah kirimkan kabar baik. Mereka menawariku menjadi reseller dropship. Alhamdulillah meskipun sedikit tetapi dapat membantu dapur tetap ngebul dan terutama pengeluaran di akhir bulan bisa tertutup.

Ternyata hati dan pikiranku masih merasakan beban yang entah mengapa sangat berat. Omongan dan sindiran, yang jaman sekarang sebut dengan gaslighting kualami dan menggerogoti sedikit demi sedikit kekuatanku, kepercayaan diriku dan keakuanku. 

Aku jatuh terluka yang tidak berdarah tetapi terasa sakit dan menumbuhkan pikiran serta emosi yang naik turun. Allah Maha Baik, tidak dibiarkannya kularut dalam kubangan gaslighting. WhatsApp sahabat lama yang mengingatkanku untuk kembali merenungi surat cinta-Nya. Di saat aku mulai bangkit menemukan siapakah diriku, Allah berikan rizqi dengan mempertemukanku dengan dunia kepenulisan. 

Goresan pena yang dulu selalu kujauhi karena kesulitan mengarang. Akan tetapi dunia yang baru kuselami ini sungguh membuatku menemukan kewarasanku, kebahagiaanku dan kebebasanku.

Lembar putih siap kugoreskan dengan berbagai cerita yang kualami. Sedih, gembira ataupun mencurahkan perasaan hati. 

Janji Allah itu benar. Aku, Sarahwati telah membuktikannya. Saat kubuka kembali surat cinta-Nya. Meresapi ayat demi ayat. Mengutamakan-Nya dibandingkan pekerjaan domestik dan semunya dunia ternyata itulah obat hatiku karena Allah tidak tidur. 

Satu demi satu Allah bukakan pintu-Nya dengan menghadirkan konsumen yang loyal membeli di online shopku, Mas Hariz diterima menjadi kurir suatu ekpedisi. Kutemukan dunia baru sebagai tempatku tetap waras yaitu dunia menulis.

Kusyukuri semuanya dan kujalankan peranku dengan cinta-Nya. Kumenarikan penaku dengan hati karena apa yang dihasilkan oleh hati akan diterima dengan hati.


***

Quote

Sabar dalam menjalankan peran insya Allah akan indah pada waktunya karena Allah lah sebaik-baik pemberi rizqi dan pengatur rencana.

0 komentar