Ada Allah

Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan setelah menikah artinya tidak hanya menikahi pasangannya tetapi juga keluarga besarnya.

Seringnya masalah timbul dari sini seperti dengan orang tua, saudara, keluarga besar lainnya dari pasangan. Harus adaptasi begitu selalu saran yang didengungkan dan komunikasi.

Adaptasi dan komunikasi seperti apa?

Kadang seperti orang asing memasuki wilayah baru. Topeng mulai terpasang sambil melakukan pengamatan dan penyelidikan bak detektif yang sedang menyelidiki suatu kasus.

Keluarga pasanganpun mungkin bertindak sama yaitu memasang topeng. 

Anggota baru dalam keluarga yang harus banyak beradaptasi, pun dengan pasangan dan saudaranya juga berlaku sama. 

Semakin lama maka topeng itu akan terbuka sedikit demi sedikit. Seiring waktu berjalan maka ketahuanlah watak, perilaku, tabiat, karakter asli masing-masing. 

Ah entahlah.. Bella masih duduk bersimpuh di sajadah cinta. Merenung tentang semuanya ketika menyadari bahwa yang dianggap baik ternyata hanya topeng. Kepercayaannya luntur luluh lantak saat Ratna, sepupu suaminya  menanyakan kebenaran dari berita yang dia dengar tentang diri Bella.

Bella hanya bercerita kepada Irma, salah satu diantara sepupu suaminya yang dia percaya. Akan tetapi kenyataannya ceritanya menjadi konsumsi publik. 

Memang Bella bercerita banyak tentang suaminya, mertuanya, kakak dan adik iparnya. Bagaimana perlakuan mereka, tindakan dan komunikasi yang terkadang ada perbedaan karena ketidaksamaan persepsi dan mengolah kata. 

Airmata mulai menganaksungai ketika kabar yang tidak enakpun sampai di telinga Bella mengenai perilakunya yang dia sudah berusaha semaksimal mungkin akan tetapi tidak pernah dianggap. Hanya celaan dan kalimat pembulian yang dia terima. 

Bella sadar sesadar-sadarnya dibanding yang lain dia bukanlah apa-apa. Untuk itulah peran lain yang dia ambil dalam setiap kegiatan pertemuan keluarga. Meskipun remeh tetapi penting juga akan tetapi hal tersebut tetaplah cap pemalas, lambat tertempel di punggungnya. 

Airmata semakin deras. Mengapa selalu begini. Aku berusaha bisa menerima tetapi mengapa mereka tidak. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna? Tidak ada pekerjaan yang sia-sia meskipun remeh dan receh serta kecil kan? 

Astaghfirullah. Bella semakin tergugu. Kalimat demi kalimat yang terlontar semakin membuat luka tak berdarah itu semakin perih seperti terkena garam. 

Bella sadar dia memang tidak sempurna, banyak kurangnya, meskipun dia berusaha tetap saja dipandang sebelah mata, sering dibedakan dengan yang lain di mana lebih berharta dan sedarah.

Inikah keluarga yang selalu mereka banggakan? Hanya air mata yang menjawab pertanyaan tanpa butuh jawaban.

Masalah lain timbul ketika kakak iparnya hendak meminjam uang yang kemudian mendiamkannya karena ditolaknya pengajuan tersebut. Bagaimana akan memberi pinjaman jika kondisi saldonya pun juga hanya lima angka sedangkan yang diajukan adalah delapan digit. 

Hilang sudah semua yang namanya ikatan cinta persaudaraan hanya karena ditolaknya pengajuan pinjaman tersebut. 

Terlupa cerita bahagia dan keseruan bersama tergerus oleh bisikan untuk memutuskan tali silaturahim. Bukan sekali dua kali kakak iparnya mengajukan pinjaman yang seringnya tidaklah kembali. Jika ditanya hanya akan mendapat jawaban sama hingga sampai di satu titik bagi Bella dan suaminya untuk ikhlas melepas dan menganggap lunas. 

Jika tidak meminjamkan seperti saat ini yang memang baru sekali ternyata bertindak seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan yang diharapkan. Marah dan diam meskipun bersua pun menunjukkan secara terang-terangan. Akan tetapi jika di depan keluarga besarnya menyanjungpuja keluarga Bella. 

Ya Allah, hamba sadar bagaimanapun berusaha jika memang dasarnya tidak suka ya tetap saja ada cela. Bella mengusap air mata yang kembali menganak sungai. 

Tidak habis pikir dengan semuanya ini. Bella pun melipat mukena dan sajadahnya. Hatinya mulai bisa berdamai dengan pikirannya. Memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada pemilik hati yang dengan mudah Dia bolak balikkan. Menguatkan hati bahwa yang dia alami tidaklah besar karena Allah lah yang Maha Besar. Dia tidak tidur dan akan menunjukkan kebenaran itu.

Bella menarik nafas dan dipenuhinya paru-paru dengan oksigen kemudian di hembuskan karbondioksida dengan kuat. Nyaman dan lega. Senyumpun terukir di bibirnya. Ada Allah bisiknya. (AH)



0 komentar