Aku dan Pendidikan

Mungkin tanpa disadari oleh orangtuaku adalah anak-anaknya tumbuh dengan sendirinya mengenai aspek perkembangan seperti motorik, fisik, bahasa, agama, seni dan sosial. Berjalan seperti air yang mengalir jadi ya mengalir saja. Banyak bermain ya karena memang dunia anak adalah bermain tanpa terstruktur.

Untuk mengenal huruf dan angka kupelajari dari bapakku. Sepulang beliau dari pasar untuk membeli daging sapi sebagai bahan pembuat bakso, bapak mengajari anak-anaknya huruf dan angka. Sekalian mengasuh kami karena ibuku gantian yang ke pasar atau ibu sibuk di dapur untuk mempersiapkan masakan untuk warung. 

Membaca dan berhitung sudah kukuasai sebelum aku masuk TK yang ke tiga kalinya 🤭 . Bagaimana ceritanya ? Berikut ini kujelaskan tentang goresan pena masa pendidikanku.

1. Taman kanak-kanak atau TK. 

Aku tiga kali masuk TK yaitu umur 4 tahun karena kakakku sekolah TK maka aku juga mau sekolah akhirnya di daftarkan di sekolah yang sama dengan kakakku. Baru sebulan sekolah lalu tidak mau sekolah lagi sebab om ku waktu itu lewat depan sekolah lalu kuikut pulang kerumahnya di daerah Dawung. Seminggu menginap di sana. Setelah itu ga mau sekolah. Kemudian di usia 5 tahun kuminta didaftarkan lagi di sekolah yang sama karena teman-teman main pada sekolah ( selisih usia setahun). Ini juga bertahan sebulan apa dua bulan saja karena teman-teman pada diantar jemput sedangkan diriku tidak. Alasan bapak ibuku menyiapkan keperluan warung dan aku dititip tetangga jadi pulang bersama teman-teman saja. 

Akupun mogok sekolah. Kemudian sakit sebulan karena malaria. 

Usia 6 tahun sekolah TK lagi tetepi beda tempat yaitu sekolah di dekat rumah yang baru berdiri.

Saat inilah bapakku mengajarkan aku membaca, menulis serta berhitung tetapi kekritisanku mungkin dianggap sebagai bentuk kecerewetan 🤭😁 jadi kadang tidak menemukan jawaban.

Selain itu juga bahasa Jawa halus kupelajari dari bapakku.

2. Sekolah Dasar 

Sekolah negeri di solo banyak dan berdekatan. Tempatku menimba ilmu ini sekomplek ada tiga SD. Misalnya ada kegiatan baris misalnya 3 SD mengirimkan perwakilannya, kegiatan upacara bendera setiap hari Senin pagi juga dilaksanakan secara serentak dengan petugas upacara dilakukan secara bergilir tiap SD.

Mulai kelas 3 biasanya petugas upacara dipilih dari siswa.

Pengalaman saat SD ini banyak dan ada trauma juga. Bullying juga ada Yap aku pernah jadi korban bullying. Kelas 1 dan 2 SD penyebab trauma itu timbul yaitu takut akan bulu binatang yang lembut dan halus seperti kucing, kelinci, kemoceng, boneka. Awalnya tidak masalah tetapi sejak kejadian itu membuatku trauma bahkan sampai saat ini. Ketakutan itu timbul saat kelas dua sedang menunggu giliran masuk kelas. Jadi kelas satu dan dua gantian ruang kelasnya. 

Suatu pagi yang basah karena malamnya hujan. Aku dan teman-teman berniat main engklek (Jawa) alias tapak gunung. Kami mencari potongan genting atau keramik buat alat permainan. Pencarian dilakukan dibelakang sekolah yang ada kebun. Jadi agak basah karena menyusup dan mengibaskan banyak daun dari pohon yang berfungsi sebagai pagar sekolah. 

Saat kami mencari pecahan genting atau keramik tiba-tiba salah seorang teman datang sambil menggendong kelinci saat kumelihat dalam bayanganku temanku itu mukanya penuh bulu kelinci karena mungkin basah lalu menggendong kelinci jadi muka dan tangganya kena bulu. 

Aku ketakutan. Sejak itu takutku mulai tumbuh. 

Untuk bullying pernah di kelas dua karena orang tuaku penjual bakso. Jadi sering jadi sasaran. Meskipun aku tidak tahu motif awal. Mungkin karena waktu itu memang ada teman yang kaya dua orang. Nah mereka kerjasama ngerjain aku. Teman lain tunduk tetapi kadang ku protes atau tidak mau melakukan apa yang disuruh jadi mereka bertindak dengan mencoret rok ataupun melarang yang lain berteman denganku serta mendiamkanku pernah juga merusak buku catatan..

Lapor guru tidak mungkin karena walikelas saat itu sudah tua dan sangat sabar. 

" Ya tidak apa-apa. ayo kerjakan tugasnya"

"Jangan nakal." 

(itulah beberapa kalimat yang kuingat jika ada yang laporan dan beliaupun sambil tersenyum).



0 komentar